KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan“.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan
terima kasih kepada Bpk. Sukomo,Drs.,M.Si selaku dosen mata kuliah Teori
Ekonomi Makro. Yang telah memberikan
waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah yang telah kami
buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang,
khususnya bagi Mahasiswa Universitas Galuh. Terima kasih
Ciamis,
22 Mei 2013
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang mendasar yang
dihadapi oleh Bangsa Indonesia dewasa ini. Hal tersebut ditandai dengan adanya
berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan diri si miskin. Berbagai kekurangan
dan ketidakberdayaan tersebut disebabkan baik faktor internal maupun eksternal
yang membelenggu, seperti adanya keterbatasan untuk memelihara dirinya sendiri,
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhan
dll. Dengan begitu, segala aktivitas yang mereka lakukan untuk meningkatkan
hidupnya sangat sulit. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan
karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau
materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati
fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang
tersedia pada jaman modern.
Di indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak jaman dahulu dimana
pemerintah di indonesia tidak dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke
tahun bahkan kemiskinan sudah menjadi pekerjaan yang serius untuk pemerintah
kita. Banyak cara yang telah dilakukan oleh pemerintah, tapi untuk menekan atau
bahkan mengurangi angka kemiskinan sangatlah sulit. Indonesia sebagai negara
yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk yang
tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari gabungan
penduduk di perkotaan dan di perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin
diperkirakan makin bertambah.
1.2 Maksud
Dan Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah yang membahas tentang kemiskinan di
Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan
kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan
serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
2. Memberikan
informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi kemiskinan yang
merupakan tantangan global dunia ketiga.
3. Untuk
mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di
Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari Kemiskinan?
2.
Apa saja indikator Kemiskinan?
3.
Apa penyebab dari kemiskinan?
4.
Dampak Kemiskinan Bagi Masyarakat?
5.
Bagaimana tingkat kemiskinan di Indonesia?
6.
Dampak Kemiskinan Bagi Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi
pekerjaan itu tidak pernah di prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan,
berbagi cara telah di lakukan tapi malah tidak dapat mengurus permasalahan ini.
Kemiskinan
merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya
kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan
pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi
kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan
pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin
dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun
1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai
bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa dampak
negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi,
memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum
sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta
(23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan
tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan sampai mencapai 36,1
juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan
masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara
khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat.
Kemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Adapun ciri-ciri kemiskinan pada umumnya adalah. Pertama pada umumya
mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah modal ataupun keterampilan
sehingga kemmpuan untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas. Kedua mereka
tidak memmiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan
sendiri. Ketiga tingkat poendidikan rendah waktu mereka tersita untuk mencari
nafkah dan mendapatkan pendapatan penghasilan. Keempat kebanyakan mereka
tinggal di pedesaan. Kelima mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan
tidak didukung oleh keterampilan yang memadai.
Definisi Kemiskinan dilihat dari beberapa Para Ahli :
1.
Menurut
Drewnowski (Epi Supiadi:2003)
Mencoba menggunakan indikator-indiktor sosial untuk mengukur
tingkat-tingkat kehidupan (the level of living index). Menurutnya terdapat tiga
tingkatan kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang :
a.
Kehidupan fisik dasar (basic fisical needs), yang meliputi gizi/
nutrisi, perlindungan/ perumahan (shelter/ housing) dan kesehatan.
b.
Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi pendidikan,
penggunaan waktu luang dan rekreasi dan jaminan sosial (social security).
c. High income, yang meliputi pendapatan
yang surplus atau melebihi takarannya.
2.
Menurut
Oscar Lewis (1983)
Orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya kemiskinan
sendiri yang mencakup karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi. Kaum
liberal memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah semacam realistic and
situational adaptation pada linkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang
sempit. Kaum radikal mengabaikan budaya kemiskinan, mereka menekankan peranan
struktur ekonomi, politik dan sosial, dan memandang bahwa manusia adalah
makhluk yang kooperatif, produktif dan kreatif.
3.
Menurut
Amartya Sen
Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation"
dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive.
4.
Menurut
Soerjono Soekant
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memlihara dirinya sendiri sesuai dengan
taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental,
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
2.2
Indikator-indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator
kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi
berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2. Tidak
adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak
adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang
bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
dan terbatasnya Sumber Daya Alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial
masyarakat.
7. Tidak
adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena
cacat fisik maupun mental.
9.
Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil).
2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan
Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor
penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut
ini :
a.
Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan
per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan
naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan
per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi
kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
1) Naiknya standar perkembangan suatu
daerah.
2) Politik ekonomi yang tidak sehat.
3) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
– Rusaknya syarat-syarat
perdagangan
– Beban hutang
– Kurangnya bantuan luar
negeri, dan Perang
b.
Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh
karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan
yang bisa dipertanggung jawabkan dengan maksimal
c.
Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa
disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya pengangguran.
d.
Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber
pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak
negara.
Selain itu ada juga Faktor-faktor yang dapat Menyebabkabkan Kemiskinan
diantaranya:
• Tingkat dan laju pertumbuhan output
• Tingkat upah neto
• Distribusi pendapatan
• Kesempatan kerja
• Tingkat inflasi
• Pajak dan subsidi
• Investasi
• Alokasi serta kualitas SDA
• Ketersediaan fasilitas umum
• Penggunaan teknologi
• Tingkat dan jenis pendidikan
• Kondisi fisik dan alam
• Politik
• Bencana alam
2.4 Dampak Kemiskinan Bagi Masyarakat
Banyak dampak yang terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dan sangat
rendah
Ini berarti dengan adanya tingkat kemiskinan yang tinggi banyak
masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan
hidup masyarakat.
2. Tingkat kematian meningkat
Ini dimaksudkan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang mengalami kematian
akibat kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam
menjalani kemiskinan yang di alami.
3. Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan
karena tidak mampu untuk membeli kebutuhan akan makanan yang mereka makan
sehari-hari
4. Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang
rendah) ini menyebabkan masyarakat Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup
untuk memperoleh pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk
memperoleh pendapatan
5. Tingkat kejahatan meningkat
Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan dengan
cara-cara kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai modal
yaitu ilmu dan ketermpilan yang cukup.
2.5 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia? Program
Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan laporan tahunan
Pembangunan manusia (Human Development Report) 2006 yang bertajuk Beyord
scarcity; power, poverty dan the global water. Laporan ini menjadi rujukan
perencanaan pembangunan dan menjadi salah satu Indikator kegagalan atau
keberhasilan sebuah negara menyejahterakan rakyatnya. Selama satu dekade ini
Indonesia berada pada Tier Medium Human Development peringkat ke 110, terburuk
di Asia Tenggara setelah Kamboja.
Jumlah kemiskinan dan persentase penduduk miskin selalu berfluktuasi dari
tahun ke tahun, meskipun ada kecenderungan menurun pada salah satu periode
(2000-2005). Pada periode 1996-1999 penduduk miskin meningkat sebesar 13,96
juta, yaitu dari 34,01 juta(17,47%) menjadi 47,97 juta (23,43%) pada tahun
1999. Kembali cerah ketika periode 1999-2002, penduduk miskin menurun 9,57 juta
yaitu dari 47,97 (23,43%) menurun menjadi 38,48 juta (18,20%). Keadaan ini
terulang ketika periode berikutnya (2002-2005) yaitu penurunan penduduk miskin
hingga 35,10 juta pada tahun 2005 dengan presentasi menurun dari 18,20% menjadi
15,97 %. Sedangkan pada tahun 2006 penduduk miskin bertambah dari 35,10 juta
(15,97%) menjadi 39,05 juta (17,75%) berarti penduduk miskin meningkat sebesar
3,95 juta (1,78%).
Adapun laporan terakhir, Badan Pusat Statistika ( BPS ) yang telah
melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada bulan Maret 2007
angka resmi jumlah masyarakat miskin adalah 39,1 juta orang dengan kisaran
konsumsi kalori 2100 kilo kalori (kkal) atau garis kemiskinan ketika pendapatan
kurang dari Rp 152.847 per-kapita per bulan.
2.5.1 Penjelasan Teknis dan Sumber Data
Sebagai tinjauan kevalidan dan pemahaman data di atas secara lugas, dipaparkan
penjelasan data dan sumber data yang diambil dari Berita Resmi Statistika
No.47/ IX/ 1 September 2006, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic Needs Approach). Dengan pendekatan
ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi. Untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Head Count Indeks (HCI) yaitu
persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
b. Metode yang digunakan menghitung Garis
Kemiskinan(GK) yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Perhitungan garis kemiskinan
dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan per-kapita di bawah garis
kemiskinan.
c. Sumber utama data yang dipakai untuk
menghitung kemiskinan adalah data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
panel Februari 2005 dan Maret 2006. Sebagai informasi tambahan,digunakan juga
Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD) yang dipakai untuk memperkirakan
Proporsi dari Pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
2.5.2 Tantangan Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya
tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan
masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana
yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia
pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih menempati peringkat lebih rendah dari
Malaysia dan Thailand di antara negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks
Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama sebesar 0,178. masih
lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di
Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Tantangan
lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di
pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas (National
Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia
termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.
Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan adalah kemiskinan di alami oleh
kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan
wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih
rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related Development Indeks, GDI) dan
angka Indeks pemberdayaan Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai
peran yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat
dari kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah
daerah dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu
yang relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan
pada skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat.
Akan tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan
sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang
kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
2.5.3 Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan
nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi kementrian,
lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai
Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK)
telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD)
dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar
arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial
dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah
jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan;
(i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama
daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan
dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada
daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi
Khusus (DAK) .
b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha
dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk modal usaha, pelatihan
keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar
penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai
penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang
mampu (ii) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di
puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di
Indonesia.
Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di
Bandung dengan diadakannya Bandung
Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998. Bandung
Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya
menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah
garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada
wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama,
kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila
dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka
Bandung Peduli melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu
tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir.
Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin
bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
2.6 Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan
Menurut (Ahmad, 2009), bagi bangsa
yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan
perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa yang terkecil adalah
keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.
Hampir semua
jenjang sekolah Negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena tidak lagi
berbicara pada persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi
justru besarnya biaya masuk untuk sekolah.
Pada
kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-halangi, karena untuk masuk
sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga masyarakat miskin tidak
mungkin dapat membayarnya. Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan
dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah.
Untuk masuk ke
sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu membayarnya. Akibatnya,
banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan.
Sungguh satu hal yang memperihatinkan. Sebab, pada Negara yang usianya lebih
dari 60 tahun, banyak anak bangsanya yang akan menjadi buta huruf dan
tertinggal karena kemiskinan dan Negeri ini akan tertinggal karena kualitas
sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan Negara-Negara lain.
Dampak kemiskinan terhadap pendidikan sangat besar. jika kemiskinan tidak
segera di atasi maka untuk mencapai pendidikan yang bermutu sangat sulit, karena di zaman yang modern
seperti sekarang ini persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan sumberdaya
yang berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sangat sulit.
Bagi masyarakat yang mampu mungkin tidak
masalah, karena mereka memiliki cukup materi untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan dengan berbagai jalan salah satunya dengan kursus.
Semua warga negara memiliki hak
yang sama yaitu berhak untuk menuntut ilmu. Tetapi karena kemiskinan hak
tersebut kemudian terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anak-anak yang rela
bekerja untuk membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di
gunakan untuk bekerja.
2.7 Upaya Menanggulangi Kemiskinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan
Sangat sulit untuk untuk memberantas kemiskinan secara utuh,tetapi
setidaknya mengurangi angka kemiskinan. Berbagai cara yang di lakukan oleh
pemerintah namun pada kenyataanya kemiskinan masih sangat memperihatinkan. Pengembangan dan perbaikan
daerah terpencil Pemberian Bantuan Langsung tunai (BLT) yang di tujukan kepada
masyarakat yang kurang mampu, dan pendidikan gratis sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun
pada kenyataanya berjalan berjalan dengan maksimal.
Perbaikan dan pengembangan kampung misalnya, dana yang seharusnya di gunakan, tetapi justru di
selewengkan oleh oknum dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi
kepentingan pribadi. Begitupun dengan program BLT dan pengobatan gratis masih
banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan misalnya masyarakat
yang seharusnya berhak menerima justru tidak mendapatkan haknya, begitu pun
sebaliknya. serta program pendidikan gratis sampai jenjang SMP, pada kenyataannya
tetap ada bebagai macam pungutan-pungutan yang memberatkan para orang tua.
Upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kemiskinan agar mutu
pendidikan meningkat antara lain:
1.
Menciptakan banyak lapangan pekerjaan
Menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kemampuan sumberdaya yang ada di daerah tersebut, sehingga dapat
mengurangi jumlah pengangguran.
2.
Menyamaratakan pendidikan terutama di
daerah-daerah yang terpencil.
Menyamaratakan pendidikan termasuk di derah terpencil yang sulit untuk di
jangkau agar mereka juga dapat merasakan pendidikan sehinnga meskipun bermukim
di daerah terpencil tetapi tetap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
3.
Memberikan modal usaha bagi masyarakat yang
kurang mampu
Salah satu faktor kemiskinan adalah karena tidak adanya pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan yang di miliki. untuk mengatasinya perlu adanya
peminjaman modal bagi masyarakat yang tidak mampu agar mereka memiliki
penghasilan, sehinnga sebagian dari penghasilanya dapat disisihkan untuk
membiayai pendidikan. Bahkan juga dapat membantu menciptakan lapangan
pekerjaan.
4.
Memberantas korupsi
Masalah korupsi di Indonesia memang sangat memperihatinkan, bahkan
menurut pemberitaan diberbagai media, Indonesia adalah salah satu Negara yang
terkorup. Tidak terhitung uang yang di ambil oleh para koruptor demi kebutuhan
dan kepentingan pribadi, yang seharusnya uang tersebut di gunakan untuk
menanggulangi kemiskinan dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kemiskinan
merupakan masalah yang sangat rumit dan memberikan dampak ke berbagai bidang
terutama pendidikan. Berbagai cara yang telah di lakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi kemiskinan, Mulai dari pemberian BLT bagi masyarakat ekonomi lemah,
pendidikan gratis, perbaikan dan pengembangan kampung. Namun pada kenyataannya
angka kemiskinan tetap tinggi. faktor kemiskinan diantaranya meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak di sertai dengan kualitas sumber daya manusia, tidak
meratanya pendidikan, serta banyaknya pejabat Negara yang melakukan tindakan
korupsi.
Dampak
kemiskinan terhadap dunia pendidikan salah satunya banyaknya anak-anak yang
tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak adanya biaya. Solusi yang dapat di
lakukan untuk menanggulangi kemiskinan diantaranya dengan menyamaratakan pendidikan di semua
wilayah termasuk di daerah-daerah yang terpencil, menciptakan lapangan
pekerjaan, memberikan bantuan berupa modal uasah kepada masyarakat yang
berekonomi lemah, serta memberantas korupsi.
3.2 Saran
Untuk
meningkatkan mutu pendidikan salah satu caranya dengan mengatasi masalah
kemiskinan karena faktor utama banyaknya anak-anak yang tidak sekolah adalah
karena tidak adanya biaya. Program-program yang selama ini telah di lakukan
agar di laksanakan dengan baik dan mengawasi pelaksaanaannya dengan cermat
serta menidak bagi siapapun yang melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam
melaksanakan program tersebut tanpa memandang status dan jabatan, serta membuat
program-program yang lebih banyak berpihak pada masyarakat miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Khairil.
2009. Solusi kemiskinan,
(online),(http//sahabatbaru. blogspot.com/solusi kemiskinan,html, diakses 4
juni 2011)
Djauzak, Ahmad.
2009. Dampak kemiskinan terhadap pendidikan, (online), (www.kompas.com, diakses
4 juni 2011).
Dwi, Eky. 2010.
Penyebab kemiskinan di Indonesia, (online), (www.tempatebo.co.cc, diakses 4
juni 2011).
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP Heru
Haerul
085317246979
DATA
PRIBADI
|
Nama Lengkap
|
:
|
Heru Haerul
|
|
NIK
|
:
|
3207110308920003
|
||
Tempat,
Tanggal Lahir
|
:
|
Ciamis, 03 Agustus
1992
|
||
Domisili
|
:
|
Jalan Kebon
Kopi RT 04 RW 04 No 75 Pondok Betung Pondok Aren Tanggerang Selatan
|
||
Jenis Kelamin
|
:
|
Laki-laki
|
||
Agama
|
:
|
Islam
|
||
Status
|
:
|
Belum Menikah
|
||
Telepon
|
:
|
085317246979
|
||
E-mail
|
:
|
|||
RIWAYAT
PENDIDIKAN
Sekolah
|
Tempat
|
Tahun
|
Jurusan
|
Sekolah Dasar (SD)
|
SD Negeri 1 Selamanik
|
1999 - 2005
|
-
|
Sekolah Menengah Pertama
|
SMP
Negeri 1 Cipaku
|
2005
- 2008
|
-
|
Sekolah Menengah Atas
|
SMK Negeri 2 Ciamis
|
2008 - 2011
|
Teknik Pemesinan
|
Perguruan Tinggi
|
Universitas
Galuh Ciamis
|
2011
- 2015
|
Manajemen
|
thank
ReplyDelete